top of page

Review : Jurassic World (2015)

  • Dysan Ismi Aufar
  • Jun 14, 2015
  • 3 min read

Franchise ‘Jurassic Park’ kembali dihidupkan dengan munculnya film yang berjudul ‘Jurassic World’. Film ini digarap oleh sutradara yang masih terhitung cukup segar mengingat filmografisnya yang belum terhitung banyak, yaitu Colin Trevorrow. Sedangkan sang dalang di balik franchise ‘Jurassic Park’ sendiri, Steven Spielberg, duduk sebagai produser. Aktor dan aktris yang membintangi film ini diantaranya adalah Chris Pratt, Bryce Dallas Howard, Ty Simpkins, Nick Robinson, Vincent D'Onofrio, dan BD Wong (Kembali memerankan sosok Henry WU dari film Jurassic Park). ‘Jurassic World’ digambarkan sebagai suatu sekuel langusng dari film Jurassic Park (1993) dikarenakan ceritanya tak berhubungan dan cenderung mengabaikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada ‘Jurassic Park: The Lost World’ (1997) dan ‘Jurassic Park III’ (2001).


Berkisah 22 tahun sejak insiden ‘Jurassic Park’ yang lampau, kini Isla Nublar telah diubah menjadi suatu tempat wisata populer bernamakan ‘Jurassic World’ sebagaimana yang sudah dimimpikan sejak dahulu oleh John Hammond. Taman wisata tersebut disesaki dengan wahana tematis zaman dinosaurus. Zach (Nick Robinson) dan Gray (Ty Simpkins) diundang oleh tantenya, Claire (Bryce Dallas Howard), untuk berkunjung ke ‘Jurassic World’. Namun, malapetaka terjadi saat dinosaurus hasil rekayasa genetika para ilmuwan yang bekerja di bawah arahan Claire, suatu spesies modifikasi dengan kode nama ‘Indominus Rex’, melarikan diri dari kandangnya dan membuat kericuhan di seantero ‘Jurassic World’. Claire mau tak mau harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut sekaligus menyelamatkan para pengunjung termasuk dua keponakannya dari amukan Indominus Rex. Untuk menangani masalah tersebut, Claire dibantu oleh “pawang” ahli yang juga bekerja di ‘Jurassic World’, Owen (Chris Pratt).


P.S : mari berdansa dengan para Raptors

Dengan teknologi masa kini yang tentunya jauh lebih mutakhir ketimbang tahun 1993 dulu, jelas kekuatan utama dari ‘Jurassic World’ adalah efek visualnya yang sangat mempesona. Dari awal hingga separuh awal film, mata penonton begitu dimanjakan dengan visualisasi yang mantap dipadu dengan sinematografi yang apik sehingga kesan dari ‘Jurassic World’ sebagai pulau yang penuh dengan wahana bertema dinosaurus terasa sangat kuat dan hidup, pun setiap adegan yang menggambarkan seisi sudut ‘Jurassic World’ juga nampak elegan dan glamor, teramat bagus untuk menggambarkan perubahan signifikan dari suatu 'Park' menjadi 'World'. Trevorrow juga agaknya dapat memuaskan penggemar seri ‘Jurassic Park’ dengan banyak (lebih dari banyak bahkan) menampilkan sekelumit adegan di sana-sini yang akan mengingatkan kita pada film ‘Jurassic World’ sehingga unsur nostalgia dari film ini memang cukup kental. Ditambah lagi komposisi musikal dan efek suaranya yang tepat, mengena dan pas, membuat ‘Jurassic World’ menjadi film yang tergolong apik dari secara teknis.


P.S : Yakin tak mau datang ke tempat ini?

Hanya saja dari segi penulisan naskah, dirasa ‘Jurassic World’ terlalu banyak mengadopsi pola cerita dari ‘Jurassic Park’, menimbulkan kesan bahwa film ini tak lebih dari sekadar salinan daur ulang dari ‘Jurassic Park’, hanya saja dengan eskalasi skala yang lebih mewah dan besar. Tidak banyak perubahan inovatif yang ditawarkan sehingga membuat isi ceritanya seperti sudah tertebak seluk-beluknya hanya dengan beberapa saat menyaksikan. Karakterisasi para tokohnya pun secara menyeluruh tak dapat tereksplor dengan baik (kecuali untuk tokoh yang diperankan Pratt dan Dallas dimana karakter mereka memang tokoh utama, maka sah-saja jika mereka yang paling mendapat pengembangan penokohan), seolah tim penulis ‘Jurassic World’ ini cukup kesulitan untuk menyeimbangkan porsi antara para manusia dengan para dinosaurus, membuat penonton kehilangan fokus akan objek dan subjek apa yang sesungguhnya merupakan sentral dari cerita. Namun semua kelemahan dari sisi cerita dapat ditambal oleh Trevorrow dengan menampilkan rentetan aksi bertempo cepat di sepertiga akhir dari film ini, dibumbui dengan ketegangan yang dirasa cukup.


Pada akhirnya, ‘Jurassic World’ adalah sebuah film yang cukup menghibur, dapat memanjakan mata lewat pengalaman visual yang terasa begitu istimewa meskipun secara penceriteraan dan penokohan sendiri tak begitu mengundang, cenderung biasa saja. Yang pasti, Colin Trevorrow sudah cukup berhasil membuat para penggemar ‘Jurassic Park’ kembali bernostalgia melalui film ini dan juga menyajikan beberapa adegan serta petunjuk-petunjuk yang membuka kemungkinan-kemungkinan bagi sekuel-sekuel berikutnya di franchise ‘Jurassic Park/World’ ini.


RATING : 3,5 / 5



 
 
 

Comments


Featured Posts
!
Recent Posts
!
Archive
Follow Us
  • Twitter Basic Square
  • Instagram App Icon

© 2013 Dysan Aufar

follow us:
  • Twitter Classic
  • Instagram App Icon
bottom of page